photo rose_zps0428faca.gif

Senin, 28 Januari 2013

Sign Out Galau

Sign out Galau 

Dia menyentuh tanganku. Body nyetrum gitu. Wah…perlu pasang grounding nih. Kalian pasti tahu rasanya disentuh seseorang yang kita sukaikan?. Hei, jangan porno dulu. Ini bukan roman picisan atau momen ngedate dan sejenisnya. Tidak ada gelembung-gelembung udara beterbangan kesana kemari. Apalagi suara gesekan biola, seperti dalam film India yang sering aku tonton. Itu omong kosong. Boro-boro mendengar gesekan biola, telingaku budek dengan suara detak jantungku sendiri seperti baru menelan mesin elektrokardiograf (mesin detak jantung di ruang ICU). 

Dia bicara padaku…sungguh aku tidak bermimpi, lahan parkir jadi saksi sepulang kuliah… 2 tahun penantianku...my prince talk to me…  
“Ana Al-Zawaj. Insya Allah, tis ‘ata 'asyaro Nuufimbir. Yumkinaka An Ta’tiya?” 
Ntah benar atau tidak tulisannya. Aku saja mau menangis rasanya. Karena aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Aku seperti menelan 1000 paku beton…tidak…tidak…aku sepertinya baru menelan jam gadang Bukittinggi. Susah sekali nelannya. 

 Aku cuma bisa nyengir seraya berkata, “Bang…bisa tidak bicaranya pakai bahasa Indonesia saja?”. 
“Aku akan menikah. Insya Allah, tanggal 19 November. Bisa kamu datang?”. 
Nah kurang lebih seperti itulah artinya teman. Aku tidak dapat menggambarkan pada kalian bagaimana perasaanku saat itu. Tapi jika kalian sedang mendengarkan lagu Geisha-Cinta  dan Benci, seperti itulah perasaanku…  

Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa 
Membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu… 

Seolah berdiri di tengah rel kereta api dan suara itu semakin mendekat, “Teetttt!”. 
Kali ini matilah aku, penyet dilindas kereta api…bukan…ternyata ulah terompet si cipit. 
“Kak, sudah makan dulu sana ada indomie special tuh?”. 
“So aku harus bergangnam style sambil bilang wow gitu?”. 
“Kau kenapa sih kak…mimpi di follback pocong ya?”. 
“Lebih seram dari itu. Dia pasti jelmaan Harry Potter. Soalnya dia telah mengsectum semprakan hatiku hingga sign in galau begini”, seraya me nyodorkan undangan pernikahan itu pada cipit. 

Aku sikeraskepala akhirnya meneteskan airmata juga. Bagaimana tidak. Aku tidak dapat orangnya. Tapi masih harus menerima olokan teman sekampus yang bilang cintaku bertepuk sebelah tanganlah, lalu masih harus menyebar undangan pernikahan cowok yang aku taksir. Dan lebih menyakitkan lagi aku terlanjur berjanji datang di hari pernikahannya yang bertepatan dengan hari ulang tahun mamakku. Ini sungguh kejam. 

Cipit ntah sudah berapa kali mengatakan, ”Sabar ya kak?”, untuk menghiburku. 
Eits…tunggu dulu apa iya si mata empat ini perduli padaku. Sejak dari tadi kerjanya BBMan mulu. Sungguh terlalu. Ingin sekali kulampiaskan amarahku. Menjadi sosok bajak laut yang kejam, berdiri di atas kapal yang besar. Lalu aku lempar-lempari tomcat. 


Ahh…mau ketemu kak Raditya Dika. Ituloh yang suka ngisi acara Standup Comedian di Metro TV. Setiap banyolannya seperti ngewakilin aku banget. Dia pernah bilang gini nih, ‘Kadang kita tidak sadar, bahwa sesungguhnya jodoh kita selama ini ada didekat kita”.  

Ehh…tukang sampah mendekat. Jangan yang gini juga kali. Kumisnya ituloh…Mas Adam atau Kang Jojon…gak nahan. Gak pagi gak petang berisik mulu dengan suara music gerobak sampahnya yang muter lagu Uut terus… 
Saya si putri…si putri sinden panggung… 

Ternyata cintaku ke dia, ibarat bulu ketek. Walau di cukur terus, bakal tetap tumbuh bahkan lebih lebat. Aku jadi begitu tak bertenaga dan lapar. Aku baru ingat kalau aku belum makan siang. 

Aku teringat satu kata bijak dari seorang artis terbohai di Indonesia. Julia perez atau akrab dengan sebutan Jupe. Dalam sebuah situs pertemanan dia berkata, “Habis galau terbitlah move on”. Namun yang jadi pertanyaannya bagaimana aku bisa move on jika penggantinya saja belum nemu. 

Aku pernah mencoba sedikit mengepinkkan hatiku yang mengabu-abu. Dia cowok yang tinggi. Tampang…not bad. Tapi untuk sifat extra pedenya. Membuat aku gerah. Ingin nonjok dia berkali-kali seperti dalam game Street Fighter. 

Dengan karakter Chun-Li…”Aku pukul kepalanya…pipi kirinya…pipi kanannya…monyongnya…dan sekarang aku tendang bokongnya…hhiaaattt…. 

Sepertinya semua cara tetap tidak berhasil. Mentok-mentoknya ngadu sama Allah. Tapi ini bukan berarti aku menyerah seperti patung pancoran. Tidak berhasil bunuh diri malah gantung-gantung tidak jelas. Aku memang lagi kesal. Kalau kesal bawaannya mau nendang. Tahu Menara Pisa?, tahu kenapa bisa miring?. Yang jelas bukan aku yang nendang. 

“Ya Allah…aku diskak mat galau…aku kan tidak jelek-jelek banget. Tahu mpok Eli Sugigi yang khas dengan tonggosnya?. Cantikkan aku lagi. Ya aku memang tidak tinggi, makanya tidak lolos paskib. Memang kenapa kalau pendek…masalah?. Pendek juga bisa menggerek benderakan ya Allah. Aku harap esok kutemukan cara sign out dari gslsu ini”. 

Saat bangun pagi pinggangku encok. Aku baru ingat semalam ketiduran dengan posisi sembah sujud. Pagi itu ada yang beda dengan music gerobak sampahnya. Bukan dangdutan lagi. Tapi K-Pop-K-Pop gitu. 
You are beautiful, beautiful, beautiful 
Kamu cantik cantik dari hatimu… 

Lirik itu menggelitik pagiku. Pagi-pagi masih ileran sudah dipuji-puji cantik. Mungkin benar kata Dale Carneg, “Rasa Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kita”. 

Aku pandangi layar laptopku. Hadiah utama, uang tunai Rp 5000.000,-. 
“Apa ini?”, tanyaku pada cipit. 
“Tidur membuat kakak jadi disleksia ya?”, ledeknya. 
“Itu perlombaan menulis cerpen yang diselenggarakan Faber Castell. 15 Nopember adalah batas pengirimannya”. Sumpah demi iler di bantal ini dan tahi belek dimataku. Ini saatnya sign out dari galau. Aku akan mulai mendeskripsikan rasa galau ini dalam tarikan-tarikan pena Faber Castell. Sebenarnya aku tidak begitu yakin bisa menjadi seorang penulis. Tapi Pak Mario Teguh bilang, “Jangan menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, kita akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin kita capai”. Bahkan bermimpi, ber-Kuch-Kuch Hota Hai bersama Shahrukh Khan mungkin saja jadi nyata. Karena Man Jadda Wajada. Makanya aku menghapal mati saran kak Radit, “Mau nulis : jangan ngeluh. Jangan ngeluh susah, gak komersil, gak ada waktu, takut jelek. Shut up and write”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar